top of page

Australia-Indonesia Museums (AIM) Project Returns in 2024!

Gambar penulisSEAMS

Australia-Indonesia Museums (AIM) Project: Lokakarya Penilaian Objek Museum Menggunakan Metodologi Signifikansi 2.0

Bekerja sama dengan Deakin University (Australia), Western Australian Museum (WAM), dan Southeast Asia Museum Services (SEAMS), Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Kebudayaan DKI Jakarta menyelenggarakan lokakarya sebagai bagian dari Australia-Indonesia Museums (AIM) Project. Lokakarya ini diselenggarakan pada 27-28 Juni 2024 di Pusat Konservasi Cagar Budaya (PKCB) DKI Jakarta, yang dilaksanakan secara hybrid.

 

Lokakarya ini berfokus pada metodologi Significance 2.0 untuk menilai objek museum. Ini merupakan komponen utama dari AIM Project, yang bertujuan untuk membangun kemitraan jangka panjang antara profesional museum Indonesia dan Australia melalui pelatihan, pertukaran pengetahuan, dan pameran yang dikuratori bersama.


Meningkatkan Keterampilan dalam Penilaian Objek

Lokakarya ini memiliki empat tujuan utama:

 

  1. Pengantar Signifikansi 2.0: Peserta menerima tinjauan mendalam tentang teori dan latar belakang pendekatan Signifikansi 2.0 dan mengadaptasinya ke dalam konteks museologi Indonesia.

  2. Praktik Langsung: Peserta menerapkan metodologi tersebut pada objek-objek terpilih dari koleksi Museum Sejarah Jakarta.

  3. Diskusi Tematik: Diskusi mengeksplorasi pemahaman dan penerapan pendekatan ini untuk menilai signifikansi koleksi museum, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti asal usul, konteks, dan tema yang lebih luas.

  4. Perencanaan Pameran Daring: Peserta merencanakan pameran digital, termasuk pengembangan teks, strategi digitalisasi, dan penetapan garis waktu.


Upaya Kolaboratif

Peserta yang terlibat terdiri dari 22 peserta dan 3 fasilitator yang dipilih dari museum-museum di bawah pengelolaan Pemerintah Daerah DKI Jakarta untuk meningkatkan keterampilan dalam penilaian objek dan perencanaan pameran digital. Lokakarya ini menghadirkan pembicara-pembicara internasional terkemuka di bidang museologi, antara lain Dr. Melathi Saldin dari Deakin University, Prof. Gaye Sculthorpe dari Deakin University, dan Corioli Souter dari Western Australian Museum (WAM). Untuk melengkapi informasi data dalam penilaian objek museum, SEAMS turut mengundang dua orang pembicara, yaitu Dr. Ali Akbar dari Universitas Indonesia, serta Andre Michiels dan Arthur Michiels dari Living Museum Roemah Toegoe.


Pembelajaran Praktis

Sesi interaktif ini memungkinkan peserta untuk menerapkan metodologi Significance 2.0 pada empat objek penting dari koleksi Museum Sejarah Jakarta. Objek-objek ini termasuk:

  • Gerabah Buni

  • Miniatur Kursi Raffles

  • Macina Tugu

  • Alkitab Tahun 1701


Semua objek ini memiliki makna sejarah dan budaya yang kaya tentang sejarah Jakarta, sebagian besar koleksinya berasal dari Bataviaasch Genootschap.


Hasil Lokakarya

Lokakarya ditutup dengan presentasi hasil penilaian Signifikansi dan label objek baru oleh para peserta. Diskusi juga diadakan mengenai langkah selanjutnya untuk pengembangan pameran digital, yang akan dibuat bekerja sama dengan Southeast Asia Museum Services (SEAMS).



1 tampilan0 komentar

Comments


bottom of page